Kamis, 27 Januari 2011

Menyongsong Era Kejayaan Islam


            Saat ini kita hidup di suatu zaman dimana negara-negara muslim lain di muka bumi ini menghadapi jauh lebih banyak persoalan dibanding yang dialami muslimin di Indonesia. Mereka tengah menantikan sebuah terobosan dari Negara muslim di mana pun untuk memimpin dan mengonsolidasi mereka. Hal ini setidaknya tercermin dalam ungkapan ulama terbesar abad ini Dr Yusuf al Qardhawi ketika Presiden Susilo B Yudhoyono berkunjung ke Qatar beberapa tahun yang lalu. Kepada SBY,  Al-Qardhawi menyampaikan harapannya bahwa seluruh dunia Islam saat ini mengharapkan Indonesia memimpin mereka.
            Kita juga berada di era dimana peradaban barat dengan filasafat materialismenya tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan oleh umat manusia. Menurut Anis Matta, Lc. (Sekjen DPP PKS) dalam bukunya, Integrasi Politik dan Dakwah, kekeringan luar biasa terjadi karena peradaban Barat hanya mengandalkan dua kekuatan utama untuk mempertahankan hegemoninya, yakni senjata dan uang.
            Ini semua merupakan tanda-tanda akan terwujudnya nubuwwah Raslulullah SAW dalam perang Khandaq: Latuftahanna Rum (Romawi Insyaallah akan dibebaskan). Para sahabat bertanya, kota apa dulu yang akan dibebaskan? karena saat itu terdapat Romawi Barat dan Romawi Timur (Byzantium). Rasulullah mengatakan madinatu hiroklius, kota herakis terlebih dahulu, atau konstantinopel (saat ini Istanbul, Turki). Rasulullah menyebutkan, bahwa Konstantinopel akan dibebaskan oleh sebaik-baik pasukan jihad yang pernah ada, dan komandannya adalah sebaik-baik panglima perang yang pernah ada. Janji kenabian itu terbukti 700 tahun kemudian. Dialah, Muhammad al-Fatih, sang Penakluk, bersama para mujahidin yang tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu dan shalat sunnah rawatib sepanjang hidup. Bahkan Muhammad al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat malam (qiyamullail) sepanjang hayatnya. Dia adalah seorang anak muda berusia 23 tahun, yang sudah menjadi khalifah sejak berusia 16 tahun.
            Nah, potongan hadis Rasulullah yang kedua saat ini belum terwujud, yakni terbebaskannya Romawi Barat. Tetapi kalau dihitung, jaraknya hampir sama dengan jarak janji Rasulullah yang telah terwujud, sudah lebih dari 500 tahun. Tentang ini, Al-Qardhawi menjelaskan, insya Allah Romawi dalam pengertian geografinya adalah Eropa secara khusus akan dibebaskan. Tidak usah menggunakan perang, tapi dengan DAKWAH!. Semua menyaksikan, bahkan majalah The Economist Amerika beberapa waktu lalu menulis sebuah cover story dengan judul “Eurabia”, berisi tentang orang-orang Arab yang ada di Eropa. Bergambar menara Eiffel Paris yang diatasnya bulan sabit. Ya, mereka gelisah dan ketakutan, karena gelombang pertumbuhan Islam di Eropa dan Amerika tak terbendung!
            Saat ini, muslim di Eropa sudah mencapai 90 juta orang dan terus meningkat. Bahkan, sebagaimana dikutip majalah Suara Hidayatullah, laporan terbaru menunjukkan, umat kristen dunia baru-baru ini kehilangan sekitar 18.000 umatnya karena telah masuk Islam tahun ini. Muallaf terus bertambah di seluruh pelosok negeri. Di Jerman, pemerintah setempat mengkalkulasi 4000 orang beralih ke Islam hingga tahun lalu. Di AS, dari 4 juta pemeluk Islam pada tahun 1992, bertambah menjadi 8 – 12 juta jiwa pada tahun 2003. Menurut penelitian Pew Research Center, tahun 2007 dua pertiga muallaf  AS yang masuk Islam berasal dari Protestan. Sisanya dari Katholik. Tapi jarang muallaf dengan latar belakang Atheis. Sedangkan di Arab Saudi, Islamic Education Foundation (IEF) di distrik al-Hamra Jeddah, selama 10 tahun ini telah mengislamkan 4.880 pendatang dari berbagai suku dan bangsa.
            Gelombang muallaf juga terjadi di negara kecil di kawasan Amerika Latin, Belize.  Negara di seberang Kuba di pantai timur Meskiko dan berbatasan dengan Guatemala itu hanya berpenduduk 300 ribu, dan ummat Islam hanya berkisar 2-3 persen. Tapi, menurut data Muslim Community of Belize (MCB), persentase pertumbuhan mencapai 1,5 persen (lebih 3 ribu orang dalam 10 tahun terakhir). Dengan kata lain, ada sekitar 300 muallaf baru per tahun. Meski minoritas dan memiliki banyak keterbatasan, mereka membangun proyek real estate Jannahville sejak 20 tahun lalu yang merupakan perkampungan khusus muslim atau yang ingin hidup di lingkungan muslim.
            Tak hanya muallaf, pertumbuhan Islam juga ditandai dengan semakin banyaknya masjid. Bahkan di London, Jamaah Tabligh berrencana membangun masjid besar yang konon bisa menampung 40 ribu jamaah. Tempanya bersebelahan dengan rencana komplek stadion olimpiade dan dinamai London Markaz. Diperkirakan, masjid ini akan menggeser citra kebesaran bangunan gereja Kathedral Kristen Anglican di Liverpool yang menampung tiga ribu jamaah. Kabar ini membuat suhu politik pemerintahan Inggris memanas dan menjadi pembicaraan publik. Media pun tiba-tiba terhenyak dan kaget.

            Beberapa data pertumbuhan muallaf tersebut hanya sebagai sampel, baik di negara besar maupun di negara kecil. Pada realitasnya, insya Allah masih banyak data-data menggembirakan yang mestinya membuat kita tidak lagi mengidap penyakit inferiority complex (minder) sebagai muslim, bahkan optimis akan semakin dekatnya Izzatul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan umat Islam). Isyhaduu biannaa Muslimuun!. (ibr)

Wahai Manusia, Ini Neraka! (materi Khutbah Jum'at)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….

Neraka adalah tempat yang disediakan Allah swt. bagi orang-orang kafir. Mereka adalah orang-orang yang membangkang terhadap syariat Allah dan mengingkari Rasulullah saw. Neraka merupakan wujud siksa Allah kepada musuh-musuh-Nya dan penjara bagi mereka yang berbuat dosa. Tempat ini adalah suatu kehinaan dan kerugian yang tiada taranya.

Ya Rabb kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau hinakan dia; dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (Ali Imran: 192)
Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (Ali Imran: 131)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….

Sosok yang berdiri tegak menjaga api neraka adalah malaikat. Perawakannya besar. Ekspresi wajah dan suaranya amat garang. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang tidak pernah durhaka kepada Rabb yang menciptakan diri mereka. Mereka senantiasa patuh terhadap semua perintah Rabb mereka. Coba simak ayat Al-Qur’an ini.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Jumlah malaikat penjaga neraka ada sembilan belas, seperti yang firman Allah swt.,
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia, di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (Al-Muddatstsir: 26-30)

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu kecuali sebagai ujian bagi orang-orang kafir.” (Al-Jin: 31)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Tahukah Anda seperti apa api neraka itu? Sanggupkah kulit dan daging Anda menahan panasnya yang membakar? Rasulullah saw. bersabda, “Api kamu ini hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api di neraka jahannam.” Para sahabat mengatakan, ”Yang ini pun sudah cukup berat panasnya.” Berkata Nabi, ”Bahkan api neraka itu melebihi sebanyak enam puluh sembilan kali lipat panasnya api dunia.
Api neraka jahannam telah dinyalakan seribu tahun hingga menjadi merah. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi legam, seperti malam yang gelap gulita.” (HR Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Siapapun orang yang dimasukkan ke dalam neraka, dia tidak akan keluar darinya. Pintu neraka berdiri kokoh dan tertutup rapat. Itulah pejara bagi orang-orang yang menganggap remeh berita tentang pengadilan akhirat.
Dan sesungguhnya jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (Al-Hijr: 43-44)

Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang (pintunya) ditutup rapat.” (Al-Balad: 19-20)

Orang-orang kafir dihalau ke neraka jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah para penjaganya kepada mereka, “Apakah belum pernah datang kepada kalian Rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Rabbmu dan memperingatkanmu akan pertemuan hari ini?” Mereka menjawab, “Benar telah datang.” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir. Dikatakan (kepada mereka), “Masukilah pintu-pintu neraka jahanam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.” Maka neraka jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (Az-Zumar: 71-72)

"Neraka itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu darinya adalah bagian yang sudah ditentukan.” (Al-Hijr: 44)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Orang-orang yang abadi di dalam neraka adalah golongan kafir dan munafik. Ini firman Allah swt., “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 39)

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami serta menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-A’raf: 36)

Tidakkah mereka, orang-orang munafik itu mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, mereka kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.” (At-Taubah: 63)

Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zhalim (musyrik) itu, ”Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal, kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Yunus: 52)

Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan.” (Bukhari-Muslim)

Ada di antara mereka yang dimakan api sampai ke mata kaki, ada yang dimakan sampai pinggangnya dan ada pula yang dimakan sampai ke tenggorokannya.”

Wahai manusia sekalian, menangislah! Jika tidak dapat menangis, maka paksakan dirimu untuk menangis! Karena sesungguhnya ahli neraka itu akan terus menangis hingga air matanya mengalir di pipi masing-masing, seperti air yang mengalir di sungai. Sampai air mata itu habis dan matanya pun pecah-pecah. Seandainya ada perahu yang diletakkan di situ, niscaya berlayarlah ia.” (HR Ibnu Majah)

Mudah-mudahan kita semua dibebaskan oleh Allah swt. dari adzab neraka. Amin, ya Mujibassailin.


Artikel disalin dari dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com
URL ke artikel: http://www.dakwatuna.com/2008/wahai-manusia-ini-neraka/

Rabu, 26 Januari 2011

Hubungan antara Amal Tarbawi dan Amal Siyasi

Oleh: Syeikh Muhammad Abdullah Al-Khathib; Anggota Maktab Irsyad Ikhwanul Muslimin

Amal Siyasi Islami mempunyai dua titik tolak mendasar:
Pertama: Amal Siyasi Islami adalah amal sepanjang hayat, sebab, medan amal siyasi adalah keseluruhan amal kehidupan dan keduniaan semata, baik sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Dan ia tidak mempunyai hubungan dengan urusan-urusan agama murni, semisal ibadah, ritual dan aqidah, di mana medannya adalah amal dakwah dan bukan amal siyasi. Jadi, amal siyasi adalah amal madani, hanya saja, hukum-hukumnya dan berbagai pengorganisasiannya, sumbernya adalah syariat Islam; tercakup di dalam pengertian syariat Islam ini adalah keseluruhan nash-nash ilahiyah dan seluruh ijtihad-ijtihad aqli dan ilmi dari manusia

Kedua: Amal Siyasi Islami adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari amal Islami secara umum. Hal ini tercakup oleh Islam yang syumul dan kenyataan bahwa Islam adalah manhaj kehidupan yang lengkap. Dan hal ini merupakan aqidah seorang muslim, di mana keimanannya tidak sah, dan agamanya tidak sempurna kecuali dengan aqidah ini.

Berdasar kepada tabiat “double gardan” seperti ini, dapat dikatakan bahwa amal siyasi Islami tidak lain adalah amal siyasi madani yang:
• Di-shibghah dengan shibghah Islamiyah
• Iltizam (komitmen) dengan nilai dan prinsip-prinsip Islam.

Oleh karena dasar inilah, maka:
1- Kesuksesan amal siyasi Islami mengharuskan untuk mengikuti:
      a. Manhaj Islam
      b. Pokok-pokok dan dasar-dasar ilmu-ilmu politik kontemporer
      c. Prinsip-prinsip amal siyasi pada umumnya, sebagaimana telah dijelaskan di depan

2- Komitmen yang sempurna dengan nilai, prinsip dan akhlak Islam yang mulia serta:
     a. Syar’i dalam hal tujuan dan sarana
     b. Haram mempergunakan sarana-sarana politik yang menyimpang, seperti: menipu, manuver    
         dan  konspirasi, menghalalkan cara-cara menyesatkan dan kemunafikan, tidak kredibel,  
         prinsip “tujuan menghalalkan cara”.
     c. Kemahiran dalam mengungkap dan membongkar cara-cara yang amoral.
         Dasarnya adalah ucapan Umar: “Saya bukan penipu, akan tetapi tidak bisa ditipu”.

3- Kemestian memperhatikan hukum-hukum syar’i dan bertitik tolak dari mafahim Islamiyah 
     yang benar dalam khithab siyasi, sikap dan berbagai tindakan politik seluruhnya, serta 
     memperhatikan dengan sungguh-sungguh data-data faktual dan berbagai situasi lokal, regional  
     dan internasional.
     Allah Berfirman:
الم. غُلِبَتِ الرُّومُ . فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ 
“Alif Lam Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan. di negeri yang terdekat, dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang. dalam beberapa tahun (lagi), bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan pada hari (kemenangan Romawi itu) bergembiralah orang-orang yang beriman. karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki, Dia Mahaperkasa, Mahapenyayang”. (Ar-Rum:1 – 5).
4- Memperhatikan kaidah-kaidah siyasah syar’iyyah, mengenal dan memahami realita (fiqih  
     waqi’), situasi kontemporer, kemahiran mengaitkan antara nash dan penerapannya dalam 
     realita praktis, muwazanah antara kaidah-kaidah Islam dan berbagai perkembangan baru yang 
     menuntut adanya murunatul harakah (kelenturan gerak), serta tathawwur mustamir  
    (pengembangan kontinyu) dalam sikap juz-i dan marhali serta dalam sarana perealisasian tujuan-
     tujuan strategis

5- Bertolak dari syumuliyatul Islam dan bahwasanya Islam mengatur segala urusan kehidupan, 
    amal siyasi Islami harus menangani berbagai isu dan problema besar yang sedang dihadapi oleh 
    tanah air kita, serta memandang semua itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari amal 
     Islami,
       khususnya masalah:
  • Reformasi politik,
  • Penghapusan segala bentuk corruption, baik di bidang keuangan, birokrasi dan akhlaq, kebebasan publik,
  • Stabilitas pemerintahan,
  • Penegakan disiplin,
  • Publikasi perilaku peradaban Islami dalam berbagai interaksi kehidupan,
  • Keadilan dalam distribusi kekayaan nasional kepada publik yang miskin,
  • Mengarahkan sumber-sumber keuangan untuk memberikan keadilan kepada kelompok fuqara dan papa,
  • Penghapusan jurang pemisah yang mencolok antara kaya dan miskin,
  • Pewujudan prinsip kesempatan yang sama atas dasar kemampuan dan kelayakan, bukan atas dasar lainnya,
  • Menjaga harta publik dari penjarahan (penggarukan) dan pemborosan serta memandangnya sebagai milik baitu malil muslimin, di mana setiap penduduk mempunyai hak yang ditetapkan atasnya dan bukannya milik negara atau penguasa yang boleh berbuat sekehendaknya, dan bahwasanya kekuasaan penguasa atas harta tersebut terikat dan bergantung kepada kemaslahatan kaum muslimin,
  • Masalah utama bangsa Arab dan Islam, utamanya masalah Palestina,
  • Dan bahwasanya solusi kita terhadap semua masalah ini haruslah memikiki keistimewaan shibghah Islamiyah yang jelas, yang berdiri di atas tsawabit yang qath’iy, tujuan dan maqashid Islamiyah dan dengan mempergunakan perangkat, instrumen dan sarana Islam, dan juga berdiri atas dasar ilmiah modern, serta bukan merupakan copi paste dari solusi sekuler
Hubungan Antara Tarbawi dan Siyasi
Hubungan antara tarbawi dan siyasi dapat disimpulkan bahwasanya hubungan diantara keduanya adalah hubungan tarabuth (saling terkait), takamul (saling melengkapi) dan tawazun (keseimbangan). Gambaran dan dimensi hubungan-hubungan ini tampak dalam penjelasan berikut:
1- Amaliyah tarbawiyah (proses tarbiyah) adalah amaliyah ta’sisiyah (proses pembentukan pondasi) untuk:
a. I’dad wa takwin al-rijal wa bina’ al-kawadir al-tanzhimiyah (menyiapkan, membentuk dan membina kader-kader struktural),
b. Tazkiyatun nufus wal arwah (mensucikan jiwa dan ruhani) agar mereka memiliki kemampuan untuk memikul beban amal siyasi maidani amali (kerja politik praktis lapangan)
c. Gharsu al-iltizam (menanamkan komitmen) dalam diri mereka, kehidupan, perilaku dan segala urusan mereka dengan sekumpulan nilai dan muwashafat khusus yang mengantarkan mereka untuk meningkatkan berbagai kemampuan mereka, memungsikan powernya dalam bentuknya yang sebaik mungkin,
d. Ta’hiluhum ilmiyyan wa amaliyan wa tadriban (meningkatkan keahlian ilmiah, operasional dan keterampilan) mereka dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepada mereka
Jika amaliyah tarbawiyah menjalankan fungsi takwin dan ta’hil-nya, maka hal ini akan tercermin dalam kualitas pelaksanaan dari sisi ijadah (bagus), itqan dan ihsan yang akan merealisasikan buah yang paling berkah serta hasil yang terbaik dengan jerih payah paling efisien serta penekanan sisi negatif sekecil mungkin, namun, jika pelaksanaan fungsi ini tidak bagus, maka takwin khuluqi nafsi (pembentukan akhlaq dan jiwa) akan melemah, atau jika perhatian kepada aspek ta’hil ilmi amali tidak diperhatikan, maka hasilnya akan berbalik seratus delapan puluh derajat
2- Mukadimah bagi penegakan daulah Islamiyah yang merupakan tujuan terpenting dari dakwah kita tidak dapat direalisasikan kecuali dengan amal siyasi yang memiliki beragam bentuk dan melalui berbagai tahapan. Bentuk dan tahapan ini mempergunakan berbagai uslub (cara) untuk memunculkan ta’tsir siyasi (dampak politik) di samping ta’tsir da’awi (pengaruh dakwah), sebagaimana nasyath siyasi (aktifitas politik) sendiri dapat memberikan peran da’awi dalam merekrut personel baru, peningkatan kualitas sosial secara umum, pemerataan wa’yu Islami serta perealisasian dan penegasan syumuliyatul Islam
3- Jawaban atas pemberian perhatian secara berimbang antara amal tarbawi dan amal siyasi tanpa ada dominasi satu pihak atas pihak lainnya, sebab ajaran-ajaran Al-Qur’an, yaitu tazkiyatun nafs tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan yaitu politik, karena inilah politik merupakan bagian dari Islam, dan menjadi kewajiban seorang muslim untuk memperhatikan aspek pemerintahan sebagaimana perhatiannya kepada sisi ruhiyah.
Wallahu a’lam

Article printed from Al-Ikhwan.net: http://www.al-ikhwan.net
URL to article: http://www.al-ikhwan.net/hubungan-antara-amal-tarbawi-dan-amal-siyasi-2303/

Belajarlah Dari Orang Yang Lalai

Oleh Syaikh Aidh Al-Qarni

Adz-Dzahabi menceritakan bahwa ketika sakaratul maut menghampiri Abdul Malik bin Marwan, ia mendengar tukang cuci dari samping istananya. Ia pun berkata, “Oh, sekiranya aku tukang cuci biasa … Seandainya ibuku tidak melahirkanku … Seandianya aku tidak menjabat khalifah…”

Sa’id bin Musayyab, tabi’in terkemuka, mengatakan , saat mendengar ini, “Alhamdulillah”, Allah telah membuat mereka lari ke kita di saat meninggal, bukan kita yang lari ke mereka”. Kita berlindung kepada Allah dari kehidupan seperti ini, yang membuat kita lengah dan lalai.

Abdul Malik bin Marwan, sewaktu berhasil mengalahkan para penentangnya dan membunuh Mush’af bin Zubair di Irak, membentangkan mushaf di hari ia diangkat menjadi Khalifah. Ia membaca mush’af tersebut, lalu menutupnya kembali seraya berkata, “Ini adalah kali terakhirku denganmu!” Lalu, komentar Ad-Dzahabi dalam siyar A’laamin – Nurbalaa, “Ya Allah, jangan perdayakan kami”.

Bandingkan dengan Sa’ad bin Abi Waqqash, salah seorang yang dijamin masuk surga. Ketika sekarat, ia didatangi oleh anak perempuannya yang menangis dekat kepalanya. “Jangan menangis, putriku. Demi Allah, aku ini termasuk penduduk surga!”, ucapnya. Ia benar … beruntung dan berbahagialah Sa’id! Nabi Shallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa Sa’ad termasuk penduduk surga. Betapa jauh perbedaan orang itu. Betapa jauh perbedaan akhir kehidupan keduanya. Tak dapat dibandingkan antara keduanya.

Muawiyah bin Abi Sufyan, sang khalifah, sedang sekarat. Ia turun dari singgasananya, menyingkap permadani, dan menyapukan debu ke wajahnya. Allah Ta’ala berfirman :
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan merka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan di dunia dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud : 15-16)

Muawiyah melanjutkan, “Aku tidak mempunyai bekal apapun yang lebih ampuh dari Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah”. Muawiyah melanjutkan, “Bila meninggal nanti, kafanilah aku dengan gaun yang kuperoleh dari Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Ada botol di ruangan kantor kekhalifahan berisi kuku dan rambut Rasulullah! Taruhlah kuku dan rambut tersebut pada mata dan hidungku”. Ia lalu pergi menghadap Allah.

Harun Ar-Rasyid, menjelang ajalnya datang, mengadkan parade militer. Ia memandangi tentaranya, berdo’a : “Wahai Yang Kekuasaan-Nya tidak lenyap, rahmatilah orang yang kekuasaannya sirna”.
Al-Watsiq, pemangku jabatan khalifah sesudah Al-Mu’tashim, adalah orang yang kejam tidak kenal ampun. Dialah yang memenggal kepala Ahmad bin Nashr All-Khuza’I, ulama masyhur, salah satu pucuk pimpinan Ahlul Sunnah wal Jama’ah dan termasuk ulama terkemuka, serta penulis kitab al-I’tishaam bil-Kitab was-Sunnah.

Ketika itu beliau menghadap Al-Watsiq. Al-Watsiq menyuruhnya mengakui bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk. Akan tetapi, ia menolak, menentang, dan tidak mau menerima. Al-Watsiq maju dengan sebilah pisau kecil, menusukkannya ke dadanya. Ia menyembelihnya seperti menyembelih kambing.
Kemudian, Al-Watsiq pada saat sekarat, sebagaimana dituturkan oleh As-Suyuthi dalam Taariikhul Khulafa’, begitu mereka membaringkannya setelah ia meninggal dan menyerahkan ruhnya kepada Allah, datangnya seekor tikus yang mengambil kedua matanya dan memakannya!” Peristiwa ini dipelihatkan oleh Allah kepada manusia-manusia diktator di dunia ini.

Thawus, ulama Yaman, datangmenghadap Abu Ja’far al-Mansur.Abu Ja’far adalah oran gyang sangat kejam. Ia telah memenggal kepala para raja, pangeran, dan menteri. Ia dalah seorang paling cerdik. Namun, akhirnya pergi juga menghadap Allah. Seekor lalat selalu hinggap di pucuk hidungnya. Ia mengusirnya, namun lalat itu datang lagi. “Untuk apa Allah menciptakan lalat, wahai Thawus?”, tanya Abu Ja’far. “Untuk menghinakan kesombongan para tiran”, jawab Thawus. Abu Ja’far terdiam. Lalu ia berkata, “Tolong ambilkan tempat tintat itu”. “Tidak.Demi Allah. Kalau yang akan tuan tulis kebathilan, saya tidak akan membantu tuan untuk sebuah kebathilan”, ujar Thawus, seraya meninggalkan Abu Ja’far Al-Mansur.

Begitulah sikap yang ditampilkan para ulama yang bertakwa dihadapan orang-orang lalai. Ibnu Abi Dzi’b didatangi oleh AlMahdi di Masjid Nabawi. Al-Mahdi adalah seorang Khalifah, putra Abu Ja’far al-Manshur. Orang-orang berdiri, kecuali Ibnu Dzi’b. “Mengapa engkau tidak berdiri menyambut kami seperti yang dilakukan orang-orang?”, tanya Al-Mahdi. Ibn Dzi’b menjawab : “Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sebetulnya saya mau berdiri menyambut. Tapi saya teringat firman Allah, “Yaitu pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam”. (Al-Muthafiffin : 6). Karena itulah aku urung berdiri”. “Duduklah! Demi Allah, semua rambut di kepalaku berdiri mendengarnya”, ucap Al-Mahdi.

Abdul Haq al-Isybili menyebutkan bahwa Al-Mu’tashim dijemput kematian. Al-Mu’tashim , penglima militer sekaligus khalifah yang menaklukkan Amuria dengan sembilan puluh ribu prajurit. “Sembilan puluh ribu prajurit bagai singa, kulit mereka matang lebih cepat dari buah tin dan anggur”. Sebagian para sejarawan mengatakan bahwa ia eprnah meraih lempengan besi lalu menulsikan namanya, karena saking kuatnya. Ia termasuk orang yang paling perkasa. Bahkan seorang ahli hadist berkisah, “Saya menghadap al-Mu’tashim . Ia mengulurkan tangannya kepada saya, lalu berkata, “Aku memintamu, atas nama Allah, untuk menggigit tanganku”. “Saya pun menggigit tangannhya”, lanjut ahli hadist itu. “Demi Allah, gigitanku tidak berbekas pada tangannya”.

Tapi, keperkasaan Al-Mu’tashim itu tidak berdaya saat menghadapi kematian si pemusnah kenikmatan, pemisahkumpulan, dan perampas anak laki-laki dan perempuan. Ajal al-Mu’tashim tiba. “Apakah hari ini aku akan mati?”, tanyanya. “Ya, hari ini Tuan akan mati”, jawab orang-orang. Dia masih sangat muda, baru empat puluh tahun umurnya. Orang mengira ia tidak akan mati sebelum umur tujuh puluh tahun. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. al-Hasyr : 18)
Orang-orang asyik bermaksiat hanya akan sadar saat sekarat. Betapa banyak penceramah menyampaikan! Betapa banyak ulama berbicara! Betapa banyak da’i sudah menyerukan. Namun, sebagian baru menjawab ketika nyawanya sudah meregang di dada. Laa illaaha illallaah. Betapa lalainya manusia. Wallahu’alam.

saat menjemput maut/al-qalam
ERAMUSLIM > NASIHAT ULAMA
http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/belajarlah-dari-orang-orang-lalai.htm
Publikasi: Rabu, 20/10/2010 14:16 WIB

Meluruskan Sejarah Perang 10 November (Peran Besar para Ulama Jawa-Madura)

Oleh: Adian Husaini (25 November 2009)

Peristiwa 10 November 1945 adalah tonggak sejarah sangat penting negeri ini. Pada hari itu terjadi pertempuran besar antara pejuang – pejuang Indonesia melawan tentara sekutu dan Belanda yang berniat kembali menjajah Indonesia. Namun sayangnya, buku – buku sejarah yang dipelajari generasi masa kini jarang menunjukkan peranan penting ulama dan ummat Islam dalam peristiwa tersebut. Tanpa maksud mengecilkan perang para tokoh seperti Bung Tomo, Prof Dr Moestopo, MayJend Sungkono , Doel Arnowo , dan Roeslan Abdul Gani dalam berjuang melawan pasukan sekutu, namun penting untuk diketahui dan diperhatikan “Resolusi Jihad” yang dikeluarkan PBNU pada 21-22 1945 Oktober. Sebuah Resolusi yang memfatwakan bahwa perang melawan pasukan asing (kafir) adalah perang suci yang diwajibkan oleh agama (Islam) bagi seluruh kaum muslimin, wa bil khusus yang berada di Surabaya & sekitarnya.

Seperti disinyalir Martin Van Bruinessen (1994), deklarasi, yang kemudian populer sebagai Resolusi Jihad itu, tidak mendapat perhatian yang selayaknya dari para sejarawan. Umum ditulis dalam sejarah resmi, peran pemuda Sutomo atau populer “Bung Tomo” yang memimpin perlawanan rakyat itu dengan pidato agitatifnya di radio. Berbagai kajian pada tingkat lokal dan regional mengenai perjuangan kemerdekaan yang muncul belakangan ini tidak banyak menyebut peranan ummat Islam (khususnya warga Nahdliyin) dan sebagian lagi bahkan mengabaikan sama sekali.
Pengabaian peran NU ini diantaranya dalam kajian Fredrick, yang berkaitan dengan Surabaya. Dia menyatakan, “Di Surabaya, umum dipercaya bahwa pemimpin revolusioner Bung Tomo, mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari Kiai Wahid Hasyim, pemimpin pesantren terkenal di Jombang, Tebu Ireng”. Tetapi ia tidak menjelaskan kenapa dukungan ini sangat berarti. Wahid Hasyim sendiri waktu itu adalah pemimpin NU yang sangat terkemuka, yang dekat dengan banyak pemimpin nasional. Sementara ayahnya, Kiai Hasyim Asy’ari adalah Ra’is Akbar NU dan sangat dihormati. Fredrick sendiri, menyebut pengaruh Kiai Hasyim terhadap Bung Tomo. Bung Tomo sendiri, mungkin tidak pernah menjadi santri, tetapi diketahui meminta nasihat kepada Kiai Hasyim Asy’ari.

Sejarah mencatat, meski Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Pasukan Inggris mendarat di Jakarta pada pertengahan September 1945 dengan nama Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Pergerakan pasukan Inggris tidak dapat dibendung. Sementara pemerintah RI yang berpusat di Jakarta menginginkan berbagai penyelesaian diplomatik sembari menata birokrasi negara baru, mendorong terbentuknya partai-partai politik dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sementara pasukan Inggris terus bergerak untuk menduduki Medan, Padang, Palembang, Bandung, dan Semarang lewat pertempuran-pertempuran dahsyat. Sebagian pendudukan ini juga mendapat bantuan langsung dari Jepang yang kalah perang dalam PD II, sebagai konsekuensi dari alih kuasa. Sedangkan kota-kota besar di kawasan timur Indonesia telah diduduki oleh Australia.
Pasukan Inggris lalu masuk ke Surabaya pada 25 Oktober 1945, berkekuatan sekitar 6.000 orang yang terdiri dari serdadu jajahan India. Pasukan itu dipimpin Brigadir Jenderal AWS. Mallaby, panglima brigade ke-49 Divisi 23 dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Di belakangnya membonceng pasukan Belanda yang masih bersemangat menguasai Indonesia. Praktis, suasana Surabaya menjadi genting. Untung, sebelum NICA datang, Soekarno sempat mengirim utusan menghadap Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng, Jombang. Mbah Hasyim bertindak cepat, Beliau memerintahkan KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syamsuri, dan kiai lain untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura. Pada tanggal 21-22 Oktober 1945, wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura di Kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), Jalan Bubutan VI/2, Surabaya. Mereka mengadakan musyawarah dengan dipimpin Kiai Wahab Chasbullah dan Rois Akbar NU Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ary.
Pada 22 Oktober 1945, Mbah Hasyim atas nama Pengurus Besar NU mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah, yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad. Pada intinya Resolusi itu menyerukan umat Islam wajib hukumnya mengusir pasukan asing yang ingin menjajah. Bahkan, haram hukumnya mundur ketika berhadapan dengan penjajah dalam radius 94 km (jarak ini disesuaikan dengan dibolehkannya qashar salat). Di luar radius itu dianggap fardu kifayah (kewajiban kolektif, bukan fardu ain, kewajiban individu. Mbah Hasyim menyatakan, syariat Islam tidak akan bisa dilaksanakan di negeri yang terjajah. “….. tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan,” tegas Mbah Hasyim. Ribuan kiai dan santri dari berbagai daerah mengalir ke Surabaya. Para kiai dan pendekar tua membentuk barisan pasukan non reguler Sabilillah yang dikomandani oleh KH. Maskur. Para santri dan pemuda berjuang dalam barisan pasukan Hisbullah yang dipimpin oleh H. Zainul Arifin. Sementara para kiai sepuh berada di barisan Mujahidin yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah.

Pada tanggal 28 Oktober 1945, pasukan Inggris di Surabaya mulai terlibat baku tempat dengan tentara dan milisi Indonesia. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian. Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya.
Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby beserta pimpinan militer Indonesia berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Dari 8 pos pertahanan Inggris, 6 di antaranya tidak ada masalah, hanya di dua tempat, yakni di Gedung Lindeteves dan Gedung Internatio yang masih ada permasalahan/tembak-menembak. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, terjadi insiden tembak menembak yang menyebabkan Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia
Letjen Sir Philip Christison, pimpinan pasukan Inggris di Jakarta, marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby, mengingat sepanjang terjadinya PD II tidak ada satupun jenderal sekutu yang tewas di semua front pertempuran. Selanjutnya Letjend. Christinson mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya. Pada 9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan. Tepat pada tanggal 10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dari darat, laut dan Udara. Perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Inilah perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara. Sedemikian dahsyat perlawanan, sampai salah seorang komandan pasukan India Zia-ul-Haq (kelak menjadi presiden Republik Islam Pakistan) heran menyaksikan para milisi yang bertakbir sambil mengacungkan senjata. Sebagai seorang muslim, hati Zia-ul-Haq trenyuh, dia pun menarik diri dari medan perang. Sikap Zia-ul-Haq itu membuat pasukan Inggris kacau. Dalam pertempuran itupula dua pesawat Inggris ditembak jatuh dan salah seorang penumpangnya Brigadir Jendral Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
Setelah 10 hari bertempur, pada 20 November 1945 Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940an. Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap. Sementara itu lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur. Kondisi ini diapresiasi oleh oleh ummat islam di timur tengah dengan menggelar sholat gaib bersama di berbagai tempat di Mekkah, Baghdad, Kairo dan sejumlah tempat lain untuk ummat Islam yang gugur di Surabaya.
*****
Minimnya informasi berkaitan peranan ummat islam dalam perjuangan mengusir penjajah telah membuah generasi muda di negeri ini kurang menghargai jasa para ulama. Bahkan belakangan ini ada opini yang didesign untuk menjelekkan islam dan kaum muslimin. Dimana terdapat tuduhan bahwa para ulama, pesantren dan syariat Islam khususnya jihad adalah biang timbulnya terorisme di negeri ini.
Sungguh jihad bukanlah perbuatan kriminal, jihad adalah ibadah mulia yang bahkan telah terbukti berjasa mengentaskan negeri ini dari jurang penjajahan (fisik). Oleh karena itu sangatlah penting bagi ummat islam untuk terus mengkaji dan mendalami syariat islam agar mencapai suatu pemahaman terhadap islam secara baik dan benar. Dengan pemahaman islam yang benar, insyaAllah seorang muslim dapat senantiasa menilai sebuah fakta secara obyektif, proporsional dan sesuai dengan hukum syara’ sehingga tidak mudah terbawa opini buruk yang sengaja di desain oleh musuh – musuh Islam melalui pemutarbalikan fakta, penipuan sejarah dan pendangkalan aqidah. Wallahu a’lam biashowab

referensi:
http://www.insistnet.com/

Secangkir Teh Cinta di Pagi Hari

Oleh: Muhammad Fauzil Adhim

Islamedia:Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap,Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari,barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.

Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Sementara dia langsung dihadapkan oleh tugas2 yg sdh menunggunya, membereskan rumah,memikirkan makanan apa yg hrs dihidangkan hari ini atau bahkan bersiap untuk berangkat kerja sedangkan anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baruberganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, tulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya yaitu membantu mencari nafkah.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentusaja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata rnembelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar. Begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuktidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Di saat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita rnenjeritkarena cubitannva yanq bikin sakit.

Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapiistri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia jugabutuh diakui dan dihargai meski tak pernah meminta kepada Anda. Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akuikeberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar melainkan semata karena dibakar apikecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam menghadapi ‘Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan.

Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukanhanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatanyang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada juga perasaan aman dan dilindungi dalam kelangsungan hidupnya dan anak-anaknya baik secara materi dan non materi.

Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetapmemiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.

Ada lagi yang lain: pengakuan dan penghargaan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilahkita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu.lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapabanyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, “Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?”

Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, rnemandikan anak, atau menyuapi simungil sebelum mengantarkannya ke Taman Kanak Kanak, itu bukan karena gender-friendly;tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah.Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas,ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakanyang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda ‘Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang suaminya,Rasulullah Saw., “Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.”

Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudahengkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah iasejenak untuk meneruskan istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkinbisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang taklekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia,sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah kita ingatkembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. “Wahaimanusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,” kata Rasulullah Saw.melanjutkan, ‘kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dankalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepadaAllah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. “Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus melaporkan kepada Allah Taala bagaimana kita menunaikan amanah dari-Nya, apakah kita mengabaikannya sehingga gurat-gurat an dengan cepat menggerogoti wajahnya, jauh lebih awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri ? Saya tidak tahu. Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya sudah cukupbaik. Jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan sayasebagai suami. Indahya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya.

Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya.Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda. ~M. Fauzil Adzim~