Kamis, 27 Januari 2011

Menyongsong Era Kejayaan Islam


            Saat ini kita hidup di suatu zaman dimana negara-negara muslim lain di muka bumi ini menghadapi jauh lebih banyak persoalan dibanding yang dialami muslimin di Indonesia. Mereka tengah menantikan sebuah terobosan dari Negara muslim di mana pun untuk memimpin dan mengonsolidasi mereka. Hal ini setidaknya tercermin dalam ungkapan ulama terbesar abad ini Dr Yusuf al Qardhawi ketika Presiden Susilo B Yudhoyono berkunjung ke Qatar beberapa tahun yang lalu. Kepada SBY,  Al-Qardhawi menyampaikan harapannya bahwa seluruh dunia Islam saat ini mengharapkan Indonesia memimpin mereka.
            Kita juga berada di era dimana peradaban barat dengan filasafat materialismenya tidak lagi mampu memberikan semua unsur yang diperlukan oleh umat manusia. Menurut Anis Matta, Lc. (Sekjen DPP PKS) dalam bukunya, Integrasi Politik dan Dakwah, kekeringan luar biasa terjadi karena peradaban Barat hanya mengandalkan dua kekuatan utama untuk mempertahankan hegemoninya, yakni senjata dan uang.
            Ini semua merupakan tanda-tanda akan terwujudnya nubuwwah Raslulullah SAW dalam perang Khandaq: Latuftahanna Rum (Romawi Insyaallah akan dibebaskan). Para sahabat bertanya, kota apa dulu yang akan dibebaskan? karena saat itu terdapat Romawi Barat dan Romawi Timur (Byzantium). Rasulullah mengatakan madinatu hiroklius, kota herakis terlebih dahulu, atau konstantinopel (saat ini Istanbul, Turki). Rasulullah menyebutkan, bahwa Konstantinopel akan dibebaskan oleh sebaik-baik pasukan jihad yang pernah ada, dan komandannya adalah sebaik-baik panglima perang yang pernah ada. Janji kenabian itu terbukti 700 tahun kemudian. Dialah, Muhammad al-Fatih, sang Penakluk, bersama para mujahidin yang tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu dan shalat sunnah rawatib sepanjang hidup. Bahkan Muhammad al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat malam (qiyamullail) sepanjang hayatnya. Dia adalah seorang anak muda berusia 23 tahun, yang sudah menjadi khalifah sejak berusia 16 tahun.
            Nah, potongan hadis Rasulullah yang kedua saat ini belum terwujud, yakni terbebaskannya Romawi Barat. Tetapi kalau dihitung, jaraknya hampir sama dengan jarak janji Rasulullah yang telah terwujud, sudah lebih dari 500 tahun. Tentang ini, Al-Qardhawi menjelaskan, insya Allah Romawi dalam pengertian geografinya adalah Eropa secara khusus akan dibebaskan. Tidak usah menggunakan perang, tapi dengan DAKWAH!. Semua menyaksikan, bahkan majalah The Economist Amerika beberapa waktu lalu menulis sebuah cover story dengan judul “Eurabia”, berisi tentang orang-orang Arab yang ada di Eropa. Bergambar menara Eiffel Paris yang diatasnya bulan sabit. Ya, mereka gelisah dan ketakutan, karena gelombang pertumbuhan Islam di Eropa dan Amerika tak terbendung!
            Saat ini, muslim di Eropa sudah mencapai 90 juta orang dan terus meningkat. Bahkan, sebagaimana dikutip majalah Suara Hidayatullah, laporan terbaru menunjukkan, umat kristen dunia baru-baru ini kehilangan sekitar 18.000 umatnya karena telah masuk Islam tahun ini. Muallaf terus bertambah di seluruh pelosok negeri. Di Jerman, pemerintah setempat mengkalkulasi 4000 orang beralih ke Islam hingga tahun lalu. Di AS, dari 4 juta pemeluk Islam pada tahun 1992, bertambah menjadi 8 – 12 juta jiwa pada tahun 2003. Menurut penelitian Pew Research Center, tahun 2007 dua pertiga muallaf  AS yang masuk Islam berasal dari Protestan. Sisanya dari Katholik. Tapi jarang muallaf dengan latar belakang Atheis. Sedangkan di Arab Saudi, Islamic Education Foundation (IEF) di distrik al-Hamra Jeddah, selama 10 tahun ini telah mengislamkan 4.880 pendatang dari berbagai suku dan bangsa.
            Gelombang muallaf juga terjadi di negara kecil di kawasan Amerika Latin, Belize.  Negara di seberang Kuba di pantai timur Meskiko dan berbatasan dengan Guatemala itu hanya berpenduduk 300 ribu, dan ummat Islam hanya berkisar 2-3 persen. Tapi, menurut data Muslim Community of Belize (MCB), persentase pertumbuhan mencapai 1,5 persen (lebih 3 ribu orang dalam 10 tahun terakhir). Dengan kata lain, ada sekitar 300 muallaf baru per tahun. Meski minoritas dan memiliki banyak keterbatasan, mereka membangun proyek real estate Jannahville sejak 20 tahun lalu yang merupakan perkampungan khusus muslim atau yang ingin hidup di lingkungan muslim.
            Tak hanya muallaf, pertumbuhan Islam juga ditandai dengan semakin banyaknya masjid. Bahkan di London, Jamaah Tabligh berrencana membangun masjid besar yang konon bisa menampung 40 ribu jamaah. Tempanya bersebelahan dengan rencana komplek stadion olimpiade dan dinamai London Markaz. Diperkirakan, masjid ini akan menggeser citra kebesaran bangunan gereja Kathedral Kristen Anglican di Liverpool yang menampung tiga ribu jamaah. Kabar ini membuat suhu politik pemerintahan Inggris memanas dan menjadi pembicaraan publik. Media pun tiba-tiba terhenyak dan kaget.

            Beberapa data pertumbuhan muallaf tersebut hanya sebagai sampel, baik di negara besar maupun di negara kecil. Pada realitasnya, insya Allah masih banyak data-data menggembirakan yang mestinya membuat kita tidak lagi mengidap penyakit inferiority complex (minder) sebagai muslim, bahkan optimis akan semakin dekatnya Izzatul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan umat Islam). Isyhaduu biannaa Muslimuun!. (ibr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar